ARTICLE AD BOX
Puluhan sekolah ini sudah dipetakan sebelumnya, karena lokasi sekolah masuk dalam zona rawan bencana.
Kepala Pelaksana BPBD Buleleng Putu Ariadi Pribadi, Selasa (4/3) kemarin menggelar sosialisasi SPAB yang diikuti seluruh kepala sekolah jenjang PAUD, TK, SD dan SMP se Buleleng. Sosialisasi digelar secara daring, dihadiri juga Wakil Bupati Buleleng Gede Supriatna. Forum Pengurangan Risiko Bencana (FPRB) Provinsi Bali, Yayan Plan International Indonesia, Palang Merah Indonesia (PMI) Kabupaten Buleleng
Kalak Ariadi menjelaskan dari 25 sekolah yang dicanangkan dapat ditetapkan sebagai SPAB terdiri dari 10 SMP dan 15 SD. “SPAB ini bertujuan membangun budaya sadar bencana di lingkungan sekolah, agar seluruh warga sekolah memiliki pemahaman dan keterampilan dalam menghadapi situasi darurat,” ucap Ariadi yang juga Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Disdikpora Buleleng.
Menurutnya, SPAB sangat penting untuk dibentuk, terlebih Buleleng merupakan daerah yang memiliki banyak potensi bencana. Sesuai dengan dokumen Kajian Risiko Bencana 2025 terdapat sembilan jenis potensi bencana. Diantaranya gempa bumi dan tanah longsor yang sering menimpa sekolah. Hal ini tidak lepas dari wilayah Buleleng berada di dekat pegunungan.
“Kami ingin memastikan bahwa seluruh warga sekolah, mulai dari siswa dan tenaga kependidikan memahami potensi bencana di satuan pendidikan mereka. Tujuannya adalah agar dalam proses belajar-mengajar, mereka tetap merasa aman dan nyaman, bahkan saat terjadi gempa bumi. Jika tidak mendapatkan sosialisasi, simulasi, dan pelatihan, maka kepanikan bisa terjadi dan memperbesar risiko,” imbuh dia.
Seluruh kepala satuan pendidikan diharapkan berkomitmen dalam mewujudkan SPAB. Mulai dari penyediaan sarana dan prasarana yang memadai, seperti alat pemadam kebakaran (APAR), instalasi listrik yang aman untuk mencegah korsleting, serta penataan bangunan sekolah dan aset seperti pohon besar yang berpotensi tumbang.
Satuan pendidikan juga diminta untuk menyusun perencanaan kesiapsiagaan yang konkret, termasuk membangun budaya sadar bencana sejak usia dini. “Kita harus memastikan ada tindak lanjut dan target yang jelas, agar anak-anak sejak dini sudah memahami bagaimana menghadapi bencana dengan baik,” ungkap pejabat asal Desa Temukus, Kecamatan Banjar, Buleleng ini.
Sementara itu, sejauh ini sudah ada 25 sekolah yang sudah ditetapkan menjadi SPAB, tersebar di 9 kecamatan di Buleleng. BPBD Buleleng pun berharap, seluruh satuan pendidikan di Buleleng bisa ditetapkan menjadi SPAB, secara bertahap.7 k23