Meski Inflasi Bali Terkendali Tetap Waspada Kenaikan Harga saat Hari Besar Keagamaan

17 hours ago 1
ARTICLE AD BOX
Meningkatnya permintaan daging babi dari luar daerah yang masih terdampak wabah ternak, serta kenaikan harga Pertamax, menyebabkan tekanan inflasi. 

Meski begitu, berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Bali, inflasi tetap terkendali dengan catatan deflasi sebesar -0,57% (mtm), lebih dalam dibandingkan bulan sebelumnya yang mencatat deflasi -0,02% (mtm). Secara tahunan, inflasi Bali turun menjadi 1,21% (yoy) dari 2,41% (yoy) pada Januari 2025.

Kepala Perwakilan (KPw) Bank Indonesia (BI) Provinsi Bali Erwin Soeriadimadja, menyatakan bahwa tekanan inflasi masih dalam batas wajar, namun ada potensi kenaikan harga menjelang Ramadan dan Nyepi. “Secara umum, inflasi bulan Februari 2025 di Provinsi Bali cukup terkendali. Meski demikian, terdapat beberapa komoditas bahan pangan yang mengalami kenaikan harga cukup tinggi menjelang rangkaian Hari Besar Keagamaan Nasional (HBKN), sehingga perlu untuk diwaspadai dan mendapat perhatian,” ujarnya dalam keterangannya di Denpasar, Selasa (4/3).

Penurunan inflasi pada Februari 2025 terutama disebabkan oleh turunnya harga di kelompok perumahan, air, listrik, dan bahan bakar rumah tangga, serta kelompok makanan, minuman, dan tembakau. Salah satu faktor utama yang berkontribusi terhadap deflasi adalah adanya diskon tarif listrik pascabayar untuk pemakaian Januari 2025. 

Selain itu, beberapa komoditas hortikultura, seperti bawang merah dan cabai rawit, mengalami penurunan harga seiring dengan masuknya musim panen. “Deflasi bulan Februari 2025 terutama bersumber dari diskon tarif untuk pemakaian listrik bulan Januari 2025 dengan tipe pascabayar, sehingga masih tercatat pada bulan berjalan,” kata Erwin.

Secara spasial, seluruh kota/kabupaten yang menjadi indikator inflasi mengalami deflasi secara bulanan. Kabupaten Tabanan mencatat deflasi terdalam sebesar -1,05% (mtm) atau inflasi tahunan 1,23% (yoy), diikuti Kabupaten Badung dengan deflasi -0,89% (mtm) atau inflasi tahunan 0,98% (yoy). Singaraja mengalami deflasi -0,81% (mtm) dengan inflasi tahunan 0,27% (yoy), sedangkan Kota Denpasar mencatat deflasi -0,13% (mtm) dan inflasi tahunan 1,70% (yoy).

Meskipun inflasi saat ini terkendali, BI dan TPID Bali mengingatkan bahwa kenaikan harga berpotensi terjadi dalam beberapa bulan ke depan akibat meningkatnya permintaan selama Ramadan dan Nyepi. Beberapa komoditas yang diprediksi mengalami kenaikan harga antara lain daging ayam dan telur ayam ras, yang terdampak kenaikan harga jagung global sebagai bahan baku pakan ternak.

“Kenaikan harga daging babi didorong oleh tingginya permintaan dari daerah luar Bali yang masih terjangkit virus ternak babi, dan kenaikan harga bensin didorong oleh kenaikan harga Pertamax,” jelasnya.

Selain itu, harga kebutuhan upacara keagamaan, seperti canang sari, diperkirakan meningkat menjelang Nyepi. Kenaikan harga emas perhiasan dan minyak goreng juga berpotensi terjadi akibat tren harga global emas dan crude palm oil (CPO).

Untuk mengantisipasi tekanan inflasi, BI Provinsi Bali bersama TPID akan memperkuat strategi 4K, yakni keterjangkauan harga, ketersediaan pasokan, kelancaran distribusi, dan komunikasi yang efektif.

Erwin menegaskan pentingnya langkah mitigasi untuk menekan kenaikan harga. “Ke depan, diperlukan penguatan pengendalian inflasi melalui gerakan pasar murah (GPM) dan memperkuat kerja sama antar daerah (KAD) untuk memitigasi kenaikan harga bahan pangan pada saat bulan Ramadan dan rangkaian perayaan HBKN Nyepi,” ucap Erwin.

Langkah-langkah yang akan diambil meliputi penyelenggaraan GPM guna memastikan masyarakat mendapatkan bahan pokok dengan harga terjangkau, serta memperkuat KAD agar pasokan tetap terjaga. Selain itu, BI juga mendorong peningkatan produktivitas pertanian dengan optimalisasi penggunaan benih unggul, penguatan regulasi perlindungan lahan pangan, serta efisiensi rantai pasok melalui kerja sama antara petani, penggilingan, perumda pangan, dan sektor hotel, restoran, serta kafe (horeka).

BI mengimbau masyarakat untuk berbelanja dengan bijak menjelang HBKN guna menghindari kelangkaan yang dapat menyebabkan lonjakan harga. “Dengan strategi pengendalian yang tepat dan peran aktif masyarakat, inflasi Bali diharapkan tetap dalam kisaran target nasional 2,5% ±1% sepanjang 2025,” tutur Erwin. 7 t
Read Entire Article