Melihat dari Dekat Ogoh-ogoh ‘Sisipin Bhuta’ Hasil Karya ST Rupamu, Banjar Mumbul, Desa Adat Bualu, Kuta Selatan

2 days ago 5
ARTICLE AD BOX
MANGUPURA, NusaBali
Ogoh-ogoh ‘Sisipin Bhuta’ yang dibuat oleh Sekaa Teruna (ST) Rupamu Banjar Mumbul, Desa Adat Bualu, Kelurahan Benoa, Kecamatan Kuta Selatan, Badung, tahun ini membawa kisah unik yang terinspirasi dari tradisi joged (joged bumbung pingit) dalam upacara di Mumbul. Dalam setiap pujawali (upacara) joged menjadi bagian penting dari rangkaian acara, di mana para penari yang membawakan tarian ini seringkali mengalami momen kerauhan. Fenomena ini dipercaya terjadi karena adanya Bhuta dan Kala yang menyusup ke dalam tubuh para penari atau pengibing yang kemudian menjadi ide utama dalam penciptaan ogoh-ogoh ini.

Kepala Lingkungan Mumbul, I Nyoman Astawa menjelaskan bahwa joget di Banjar Mumbul memiliki sejarah panjang dan merupakan bagian dari berbagai upacara adat, seperti Tumpek Wayang dan Odalan. Dalam upacara tersebut, Astawa mengatakan gelungan joget dan Ratu Ayu disungsung lalu ditarikan oleh pemudi yang belum menikah. 

Anggota ST Rupamu Banjar Mumbul berpose di depan ogoh-ogoh hasil karya mereka. –WINDU 

“Yang menarikan itu biasanya khusus pemudi yang belum menikah (daha). Karena cikal bakal joget ini adalah tari pergaulan yang ditarikan oleh pemudi. Sehingga kalau sudah menikah digantikan dengan pemudi yang baru,” ujarnya, Senin (3/3) malam. Astawa melanjutkan, dalam perkembangan tari joget, terjadi pergeseran nilai budaya di mana tarian joget yang semula merupakan bagian dari tradisi mulai terdistorsi menjadi tontonan yang kehilangan makna aslinya. ST Rupamu disebut berupaya mengembalikan esensi joged tradisional melalui ogoh-ogoh Sisipin Bhuta. 

Dalam ogoh-ogoh ini, ditampilkan adegan para penari joged, pengibing, serta penonton yang mengalami kerasukan. “Ketika penari ada jogetnya, ada yang ngibing disamping itu juga ada yang kerauhan, nah saat kerauhan ini ada bhuta dan kala yang masuk dan ini kami jadikan sebagai konsep awal sehingga terwujudlah hal ini,” tuturnya. Dalam prosesnya, Kaling Mumbul ini mengaku jika pemuda dan pemudi bekerja hingga larut malam demi menciptakan karya yang nyaris sempurna. Dengan penuh optimisme, mereka menargetkan agar Sisipin Bhuta dapat masuk dalam nominasi penilaian ogoh-ogoh di Kabupaten Badung dan melangkah hingga tahap penilaian di Puspem Badung.

“Dengan bersatunya pemuda di sini bahkan sampai pagi mereka mengerjakan karena target yang ingin dicari. Kami ingin masuk nominasi, kalau di zona 7 ini kami ingin masuk ke nominasi hingga penilaian di Puspem. Jadi ini menjadi motivasi penyemangat tahun depan untuk lebih kreatif dan maju,” harapnya. Dalam kesempatan yang sama, Arsitek Ogoh-ogoh, Komang Adi Purnata mengaku jika belajar dari pengalaman tahun sebelumnya, di mana pengerjaan ogoh-ogoh terhambat karena waktu yang terbatas baru dimulai pertengahan Januari, tahun ini mereka memulai proses sejak pertengahan Desember agar perencanaan berjalan lebih lancar. Dalam pengerjaan Sisipin Bhuta, mereka mengadopsi teknologi dengan penggunaan mesin di seluruh gerakan ogoh-ogoh. Salah satu fitur menarik adalah mekanisme mesin sayap yang dipasang pada raksasa paling besar menggunakan bahan alami seperti daun bambu kering dan pembungkus jagung untuk hiasan bunga.

Ogoh-ogoh ini memiliki tinggi 4,5 meter dan berat 150 kilogram. Salah satu daya tarik utamanya adalah bagian atas yang dapat dibongkar pasang (knock-down system), memungkinkan fleksibilitas dalam pemasangan dan transportasi. “Payasan ogoh-ogoh kami punya undagi di banjar, yang mayasin (merias) juga dari pemuda Mumbul,” tuturnya. Dengan proses pengerjaan yang berlangsung sekitar 2,5 bulan, harapan besar tertuju pada kelestarian budaya Bali. Adi Purnata mengaku jika pihaknya ingin mengajak masyarakat untuk mengapresiasi seni ogoh-ogoh sebagai bagian dari identitas budaya dan menjauhkan tradisi dari potensi penyimpangan. “Kami berharap dengan adanya ogoh-ogoh ini budaya bali bisa berkembang ke hal positif dan agar dari budaya itu di melenceng ke hal negatif atau pelecahan. Harus menghargai budaya,” harapnya.

Sementara itu, Ketua Sekaa Teruna (ST Rupamu, I Putu Wahyu Manik menyatakan bahwa keterlibatan pemuda tahun ini lebih aktif dibandingkan tahun sebelumnya. Konsep yang menarik serta semangat luar biasa dari para pemuda membuat pengerjaan berjalan dengan baik. Sebelum memulai pembuatan ogoh-ogoh, mereka terlebih dahulu menggelar ritual nuasen, yakni memohon restu agar seluruh proses berjalan lancar hingga akhir.

“Kami membuat tema ini ingin mengingatkan bahwa budaya kita tidak boleh dicampur dengan budaya yang lain. Pakem joget harus sesuai karena sekarang banyak kasus pornografi,” tegasnya. Wahyu membeberkan jika pawai ogoh-ogoh nanti akan berlangsung di Catus Pata Desa Adat Bualu, tepatnya di ITDC Nusa Dua pada 28 Maret, di mana mereka juga akan menampilkan tarian joget. Ke depan, para pemuda Banjar Mumbul berharap semangat ini tetap terjaga, semakin kreatif, serta terus menjaga kelestarian budaya agar tidak melenceng dari nilai-nilai luhur Bali. 7 ol3
Read Entire Article