ARTICLE AD BOX
DENPASAR, NusaBali
Kantor Perwakilan Bank Indonesia (BI) Provinsi Bali menekankan efisiensi rantai pasok termasuk jagung pakan ternak untuk mengendalikan risiko lonjakan harga kebutuhan pokok seperti daging ayam dan telur ayam ras.
“Terdapat risiko kenaikan harga daging dan telur ayam ras di tengah tren peningkatan harga global jagung,” kata Kepala Perwakilan BI Bali Erwin Soeriadimadja, di Denpasar, seperti dilansir Antara, Rabu.
Menurut dia, selain karena harga pakan ternak jagung secara global yang naik sejak Juli 2024, risiko kenaikan harga daging ayam dan telur ayam ras itu karena diperkirakan permintaannya meningkat menjelang hari besar keagamaan.
Hari besar keagamaan itu jatuh beruntun yakni bulan suci Ramadhan, Hari Raya Nyepi, Hari Raya Idul Fitri hingga Hari Raya Galungan dan Kuningan di Bali.
Selain itu, kata dia lagi, beberapa risiko yang perlu diwaspadai seperti peningkatan permintaan barang dan jasa pada rangkaian hari besar keagamaan itu.
Kemudian, harga emas perhiasan dan minyak goreng juga berpotensi meningkat seiring dengan kenaikan harga emas global dan minyak sawit mentah (CPO).
Untuk memitigasi risiko tersebut, kata dia lagi, peningkatan efisiensi rantai pasok dapat dilakukan melalui penciptaan ekosistem ketahanan pangan yang melibatkan badan usaha milik desa, perumda pangan, dan koperasi.
Selain itu, kerja sama hulu-hilir antara petani, penggilingan, perumda pangan, dan pengelola hotel, restoran, dan kafe, serta menggenjot penggunaan produk lokal.
Ada pun harga daging ayam ras di 60 pasar di Provinsi Bali sesuai Sistem Informasi Harga Pangan Strategis (Sigapura) Bali per Selasa (4/3) rata-rata mencapai Rp40.896 per kilogram dan tertinggi terjadi di Kabupaten Karangasem rata-rata mencapai Rp45 ribu.
Sedangkan harga telur ayam ras dijual per butir rata-rata mencapai Rp2.000 atau sesuai kearifan lokal masyarakat setempat dijual per kerat dengan isi 30 butir mencapai kisaran Rp55.000-Rp60.000.
Sigapura Bali mencatat harga telur ayam ras di Pulau Dewata per kilogram rata-rata mencapai Rp27.733 dan harga tertinggi di Kabupaten Jembrana mencapai Rp31.080.
Sementara itu, berdasarkan data hasil Kerangka Sampel Area (KSA) Badan Pusat Statistik (BPS), total luas panen jagung pipilan pada Januari-April 2025 diperkirakan sebesar 1,05 juta hektare di seluruh Indonesia atau naik dibandingkan 2024 mencapai 0,89 juta hektare.
Sedangkan, total produksi jagung pipilan kering kadar air 28 persen pada Januari-April 2025 diperkirakan sebanyak 8,04 juta ton atau naik dibandingkan periode sama 2024 mencapai 6,79 juta ton. Untuk produksi jagung pipilan kering kadar air 14 persen pada Januari-April 2025 diperkirakan mencapai 5,95 juta ton.
Apabila dirinci berdasarkan provinsi, BPS menyebutkan luas panen jagung pipilan di Bali pada Januari-April 2025 diperkirakan mencapai 4.899 hektare atau naik dibandingkan periode sama 2024 mencapai 2.669 hektare.
Sementara itu, produksi jagung pipilan kering kadar air 28 persen di Bali pada Januari-April 2025 diperkirakan mencapai 25.650 ton atau naik dibandingkan periode sama 2024 mencapai 14.508 ton. Sedangkan perkiraan produksi untuk kadar air 14 persen di Bali mencapai 18.962 ton pada Januari-April 2025 atau naik dibandingkan periode sama 2024 mencapai 10.725 ton.
Pemerintah resmi menaikkan Harga Pembelian Pemerintah (HPP) jagung di tingkat petani menjadi Rp5.500 per kilogram dari sebelumnya Rp5.000 per kilogram, sesuai Keputusan Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas) Nomor 18 Tahun 2025.*