ARTICLE AD BOX
Dalam Pidato Sambutan Perdana Gubernur Bali Periode 2025-2030 pada Rapat Paripurna Ke-9 DPRD Provinsi Bali, Selasa (4/3/2025), Koster menyampaikan sikapnya untuk menolak pasokan listrik dari luar Bali. Kata dia, pasokan energi listrik dari luar Bali sangat riskan dan tidak berkelanjutan.
“Kalau Bali makin banyak disuplai dari luar pakai kabel bawah laut kan gampang sekali mengganggu Bali. Kalau ada orang jahil nanti itu dipotong dan Bali ini bisa gelap,” jelas Koster di Gedung DPRD Bali, Niti Mandala, Denpasar, Selasa siang.
Kata Gubernur Bali kelahiran Desa Sembiran, Tejakula, Buleleng ini, PLN rencananya menyuplai tambahan 500 Megawatt listrik dari Pulau Jawa. Koster bersikeras agar kebutuhan listrik di Bali dipenuhi secara mandiri dari pembangunan pembangkit listrik di Pulau Dewata dengan prinsip energi terbarukan.
Energi terbarukan ini salah satunya didapat dari energi matahari yang dikonversi panel surya. Koster mendukung PLN menjadikan Bali sebagai percontohan pemenuhan kebutuhan listrik dari PLTS dengan memanfaatkan atap gedung pemerintah, swasta, hotel, pasar swalayan, gedung pendidikan, rumah sakit, perumahan, hingga fasilitas umum.
“Sudah rapat dengan PLN. Tahun ini juga akan dipasang PLTS atap dengan kapasitas 100 Megawatt,” jelas Koster.
Pemasangan panel surya ini, kata Koster, tidak akan memakan APBD. Sebab, pengadaan dan pemasangan panel surya tersebut dilakukan PLN. Proyek ini diyakini akan mendongkrak citra Bali sebagai daerah pariwisata dan komitmen Bali Net Zero Emission (Emisi Nol Bersih) 2045.
Koster berharap, proyek PLTS atap ini bisa menghasilkan secara bertahap. Produksi listrik PLTS atap ditarget mulai 100 Megawatt tahun ini, sampai 500 Megawatt di 2030 nanti. Dengan begitu, Bali bisa mencapai kemandirian energi.
“PLTS di Nusa Penida juga akan direvitalisasi. PLTS atap itu, Bali memang mau dijadikan percontohan oleh PLN sehingga diprioritaskan pemasangan PLTS atap, sehingga kami tidak bayar,” tegas Koster. *rat
“Kalau Bali makin banyak disuplai dari luar pakai kabel bawah laut kan gampang sekali mengganggu Bali. Kalau ada orang jahil nanti itu dipotong dan Bali ini bisa gelap,” jelas Koster di Gedung DPRD Bali, Niti Mandala, Denpasar, Selasa siang.
Kata Gubernur Bali kelahiran Desa Sembiran, Tejakula, Buleleng ini, PLN rencananya menyuplai tambahan 500 Megawatt listrik dari Pulau Jawa. Koster bersikeras agar kebutuhan listrik di Bali dipenuhi secara mandiri dari pembangunan pembangkit listrik di Pulau Dewata dengan prinsip energi terbarukan.
Energi terbarukan ini salah satunya didapat dari energi matahari yang dikonversi panel surya. Koster mendukung PLN menjadikan Bali sebagai percontohan pemenuhan kebutuhan listrik dari PLTS dengan memanfaatkan atap gedung pemerintah, swasta, hotel, pasar swalayan, gedung pendidikan, rumah sakit, perumahan, hingga fasilitas umum.
“Sudah rapat dengan PLN. Tahun ini juga akan dipasang PLTS atap dengan kapasitas 100 Megawatt,” jelas Koster.
Pemasangan panel surya ini, kata Koster, tidak akan memakan APBD. Sebab, pengadaan dan pemasangan panel surya tersebut dilakukan PLN. Proyek ini diyakini akan mendongkrak citra Bali sebagai daerah pariwisata dan komitmen Bali Net Zero Emission (Emisi Nol Bersih) 2045.
Koster berharap, proyek PLTS atap ini bisa menghasilkan secara bertahap. Produksi listrik PLTS atap ditarget mulai 100 Megawatt tahun ini, sampai 500 Megawatt di 2030 nanti. Dengan begitu, Bali bisa mencapai kemandirian energi.
“PLTS di Nusa Penida juga akan direvitalisasi. PLTS atap itu, Bali memang mau dijadikan percontohan oleh PLN sehingga diprioritaskan pemasangan PLTS atap, sehingga kami tidak bayar,” tegas Koster. *rat